ASAL MUASAL
BAHASA ARAB تاريخ فى
اللغة العربية
Pembahasan
sejarah bahasa arab merupakan pemikiran yang sangat rumit dan panjang untuk
ditelusuri. Dengan berbagai bentuk teori dan perbandingan dengan penemuan
script kuno dan lain sebagainya, sampailah para pencinta bahasa arab kepada
ketidak-adanya kesepakatan yang baik antara satu pendapat dengan pendapat
lainnya.
Masing-masing
berdalih dan berdalil dengan kuat sehingga tidaklah jelas hingga saat ini
manakah diantara beragam teori yang ada tersebut merupakan satu kebenaran atau
yang paling mendekati kebenaran yang bisa diterima oleh pihak lain, atau paling
tidak oleh ummat islam sendiri yang pada dasarnya merupakan pengembang dan
penyebar bahasa ini. Dalam artikel ini langsung saja akan diuraikan secara ringkas
mengenai beberapa pendapat yang banyak beredar dan utama dikalangan ahli
bahasa, ilmuwan, arkeologi, ahli sejarah, dan kalangan umum.
Diantara pendapat mengenai
perkembangan bahasa arab yang paling global adalah:
1.
Pendapat yang menyatakan
bahwa bahasa Arab telah ada semenjak zaman Adam, sehingga perintis tulisan Arab
dan pola kalimat bahasa Arab adalah Adam. Pendapat ini merupakan pendapat yang
paling klasik dan merupakan interpretasi secara langsung dari Alquran surah
Albaqarah 31, و
علّم آدم الأسماء كلها yang
artinya kuranglebih sbb: “Allah telah mengajari Adam pengetahuan tentang segala
nama”. Dari dalil ini, mereka yang berpendapat bahwa nama-nama benda dan
berbagai hal atau sifat di dunia ini telah diajarkan oleh Allah kepada Adam
dalam bahasa Arab. Bahkan pengikut pendapat ini yang lebih tegas menyatakan
bahwa huruf Arab telah dikuasai oleh Adam tanpa belajar dan langsung dari Allah
seketika, atau disebut sebagai sebuah mukjizat atau paling tidak sebagai
karunia (nadzariyah at tauqif).
2.
Pendapat dari ahli-ahli
tulisan kaligrafi mengenai bahasa Arab menyatakan bahwa bahasa ini memang ada
semenjak zaman Adam, jadi merupakan bahasa pertama yang diciptakan manusia dan
kemudian berkembang menjadi berbagai bahasa baru. Baik bahasa utamanya maupun
berbagai cabang yang tumbuh darinya tersebut pada akhirnya mengalami berbagai
perubahan dan perkembangan sesuai dengan peradaban manusia. Pendapat ini juga
menggunakan bukti-bukti sejarah dan sebagainya untuk mendukung teori mereka.
Disebutkan bahwa dari berbagai penemuan yang ada diketahuai bahawa semenjak
4000 tahun sebelum masehi, baru ada manusia yang bisa membuat membuat abjad
atau bahasa tulis (sebelumnya dianggap belum ada bahasa tulis atau memang belum
diketemukan bukti tertulisnya), yaitu oleh bangsa Sumeria di Mesopotamia yang
membuatnya diatas batu; selanjutnya bangsa Mesir purba dengan sistem tulisan
hyeroglyph; kemudian bangsa Babilonia dan Assyria di Mesopotamia yang memakai
tulisan paku atau “cuneiform” dan dipahatkan diatas batu; begitupun bangsa
Phunisia, China, Romawi, dan lain sebagainya. Mereka termasuk bangsa-bangsa
yang mengawali pembangunan peradaban tinggi. Sementara itu tulisan Arab masih
tergolong muda karena lahir belakangan. Ada pendapat bahwa tulisan Arab Kufi
merupakan turunan terakhir dari hyeroglyph setelah melewati fase tulisan
Phunisia, Musnad, dan Arami hingga kemudian mencapai jenis tulisan masa
sekarang. Dengan semakin berkembangnya pendapat para ahli, teori ini terbagi
menjadi beberapa kelompok utama, yaitu:
a.
Teori Selatan (Himyari) yang
menyatakan bahwa tulisan Arab yang ada pada saat ini diadopsi dari musnad
himyari atau hameir di Yaman. Orang Yaman kuno (Himyar) pindah ke Hierah,
sebuah kota dintara Nejef dan Kufah pada masa dinasti Al Mundzir keturunan
Tababiah suku Yaman. Dari Hierah ini, kemudian dibawa oleh pengembara bernama
Harb bin Umayyah yang belajar dari kota tersebut kemudian setelah menetap di
Makah mengajarkan kepada penduduk sekitarnya. Akhirnya, suku-suku di Madinah,
yaitu Auz, Khajraj, dan Tsaqif ketularan.
b.
Teori Utara (Hieri) yang
menyatakan bahwa berdasar riwayat Al Baladzuri (bernama asli Ahmad bin Yahya)
yang merupakan sejarawan Arab keturunan Persia yang handal dan teruji
validitasnya. Dia lahir di Baghdad dan wafat pada 892M. Ia meriwayatkan dari
Abbas bin Hisyam bin Saib Al Kalby dari kakeknya dari Assyarqi Al Qathani:
bahwa saya Maramir bin Murrah, Aslam putra Sadarah beserta Amir bin Jadrah yang
semuanya dari Boulan, dan mereka adalah anggota kaum Thayik yang mendiami
daerah Buqah, yang terletak di seberang Anbar. Kaum ini menyamakan ejaan Arab
dengan ejaan Suryani. Oleh penduduk Hierah kemudian ditransfer dan dibuat
formula baru. Transfer tersebut dipelopori oleh Basyar bin Abdul Malik yang
lebih dikenal dengan nama Al Kindi. Ditambah lagi, Al Kindi adalah saudara
penguasa Daumatul Jandal yaitu Ukaidar. Al Kindi hijrah ke Hierah dan menetap
beberapa waktu sehingga dari dialah penduduk Hierah (Huron) belajar tulisan
Arab. Selanjutnya dia hijrah ke Makkah dan disini beberapa tokoh bangsawan Quraish
minta diajari tata tulis dan ejaannya. Diantaranya adalah Sufyan bin Umayyah
bin Abd Syams beserta Abu Kais bin Abd Manaf bin Zuhrah yang akhirnya bisa
menulis Arab. Pada suatu ketika, Al Kindi dan Abu Kais melakukan kegiatan
bisnis di Thaif ditemani pula Ghaylan bin Salmah At Tsaqafi yang juga belajar
tulisan Arab pada Al Kindi. Dari waktu itulah kemudian baca tulis maju pesat di
kota dagang tersebut. Dari riwayat tersebut diketahui bahwa tulisan Arab
berawal dari tulisan Suryani yang transformasinya menghasilkan tulisan Anbari
dan tahap selanjutnya ke tulisan Hieri dan kemudian menghasilkan khat Hejazi
atau Makki.
c.
Pendapat modern dari para
sejarawan islam dan pencinta kaligrafi arab memberikan sedikit gambaran lebih
mendetail tentang perkembangan tulisan dan bahasa arab terutama pada beberapa
abad sebelum datangnya islam. Dalam pendapat ini, hal-hal yang menjadi titik
penting adalah :
1)
Suku Nabti adalah suku Arab
pertama yang diperkirakan menguasai daerah Arami sekaligus terpengaruh budaya
Arami dalam perjalanan waktu sehingga mereka pada akhirnya menggabungkan dua
bahasa sekaligus dengan akulturasi tulisan baru yang masih nampak sentuhan awal
Arami. Tulisan ini disebut sebagai tulisan Nabti.
2)
Dari prasasti Utrubah
dismpulkan bahwa khat Nabti merupakan transformasi dari tulisan Arami (entah
apakah Aram asli atau juga sudah terkontaminasi bahasa lain), dan tulisan Arab
merupakan evolusi dari jenis tulisan Nabti yang terakhir. Hal ini diperkuat
atau didukung oleh prasasti atau inskripsi Al Hajar Al Khomsah (Prasati Lima
Batu) yang membuka sejarah tulisan Arab sebelum islam. Prasasti tersebut jika
diurutkan secara sitematik tahun pembuatannya adalah inskripsi Umm Al Jimal I,
Nammarah, Zabad, Huron, dan terakhir Umm Al Jimal II. Dan semua ini dinyatakan
sebagai prasasti Nabti (Naqsi Nabtiyah).
a)
Naqsy Umm Al Jimal I ditulis
dalam dua bahasa Nabti dan Arami di kawasan Umm Al Jimal diantara Syria dan
Yordan sekarang. Bertahun 250M, dianggap toggak awal lahirnya tulisan Arab.
b)
Naqsy Nammarah, dikawasan
Huran Syria selatan, bertahun 328M dalam tulisan Nabti dengan bahasa Adnan Kuno
yang dominan di awal abad ke-4M dan berbahasa Arab, serta beberapa Arami kuno,
serta adanya penggunaan Alif Lam Ta`rif yang menjadi indikator perkembangan
lebih mendekati Arab baru dibanding Umm Al Jimal.
c)
Naqsy Zabad, ditemukan
direruntuhan Zabad di tenggara Halep (Aleppo) antara Qinsrin dan sungai Euphrat
pada sebuah batu di sebuah kanisah. Bertahun 511-512M. Memuat tiga jenis
tulisan (Yunani, Suryani, dan Anbti terakhir atau yang diyakini sebagai jenis
tulisan Arab kuno). Tulisannya menyerupai jenis khat kufi islami.
d)
Naqsy Harran, diatas pintu
kanisah di Alluja, Harran, utara gunung Hurran, dalam bahasa Yunani dan Arab.
Banyak kemiripan dengan khat naskhi kuno pada awal islam. Bertahun 463 N (463
kalender Nabti) pada masa kaisar Romawi Tiryanus dengan Gubernur Syria-Romawi
“Balma” yang mengalahkan kerajaan Anbath pada tahun 102M dan menamainya sebagai
distri Arab. Jadi 102 +463 = 569M, terpaut kira-kira 53 tahun sebelum hijrah.
e)
Naqsy Umm Al Jimal II pada
abad ke-6M, merupakan nash arab kuno yang paling muda yang diketemukan.
Inskripsi ini begitu dekat dengan bahasa Arab Al Qur`an, jauh dari corak Nabti
dari segi lingual maupun tulisannya.
3)
Jadi, disini para ahli
berpendapat bahwa cikal bakal tulisan Arab adalah khat Nabti yang kemudian
menyebar ke Hejaz dengan proses perpindahan yang diperkirakan sama dengan
tahun-tahun pembuatan lima prasasti batu utama tersebut. Selain itu dari sana
diperoleh gambaran pula adanya proses evolutif dari Nabti murni kemudian
setelah bebeapa tahap menjadi tulisan Arab yang sama dengan tulisan yang
dipakai menyalin Al Qur`an. Sedangkan perjalanannya, diperkirakan dengan
memakai dua jalur utama, yaitu:
a)
Jalur I, berputar dari
Hurran utara Damaskus menyusur ke selatan sampai lembah Euphrat bagian tengah
kemudian sampai ke kota Hierah dan Anbar yang selanjutnya menembus daerah
Daumatul Jandal lalu sampai ke Makkah dan Thaif.
b)
Jalur II, bermula dari Diyar
Nabti lalu ke Batra (orang Yunani menyebutnya Petra) di Yordan, lalu ke Ula
yang sebelumnya bernama Didan dan merupakan daerah subur yang sering didatangi
orang di utara Hejaz, lalu sampai ke Makkah dan Madinah.
Pendapat modern secara internasional:
Dalam
pembahasan pada bagian ini dapat diperoleh digambarkan lebih jelas dan
mendetail, bahkan semenjak ribuan tahun sebelum masehi, dengan berbagai cabang
bahasa baru, dan yang jelas pembahasannya lebih kompleks daripada sebelumnya.
Menurut
teori dan pendapat para ahli modern, bahasa di dunia ini pada awalnya adalah
berasal dari daerah asal manusia pertama menetap, yaitu sekitar Afrika dan
Asia. Dan bahasa yang lahir dari sumber ini dikemudian hari mencapai ratusan
bentuk bahasa baru yang dipakai oleh sebagian besar penduduk dunia. Bahasa ini
oleh para ahli dinamakan Afro-Asiatic, Afrasian, Hamito-Semitic, Lisramic, atau
Erythraean, memperanakkan sekitar 400 jenis bahasa yang diantaranya memang
telah punah, namun tetap saja merupakan kelompok bahasa yang paling banyak
dipakai oleh penduduk bumi, yaitu dipakai di hampir seluruh Afrika, dan separuh
Asia, terutama disebelah Asia selatan dan barat, serta sebagian Eropa.
Semua
sub-kelompok dari Afro-Asiatic menunjukkan bukti adanya pemakaian “causative
affix s”, dan bahkan imbuhan yang agak mirip ditemukan dalam kelompok
lain, seperti bahasa-bahasa Niger-Congo. Sementara itu, Semitic, Berber,
Cushitic (termasuk Beja), and Chadic mendukung pemakaiaan “possessive pronoun
suffixes”.
Berdasar
kepada asal awal bahasa Shemit, bahasa cabangnya banyak memiliki kesamaan bunyi
kata dan arti.
Kadangkala
ada juga makna yang berbeda dari setiap akar bahasa Shemit dari satu cabang
dengan cabang lainnya. Sebagai contohnya, akar kata b-y-ḍ dalam bahasa Arab mempunyai arti “putih” dan juga “telur”, sedangkan di
Malta bajda berarti “putih” (f. sing./satu) dan juga “telur”,
kemudian dalam Hebrew hanya berarti “telur”. Akar kata l-b-n berarti
“susu” dalam bahasa Arab, tetapi berarti “putih” dalam Hebrew. Akar kata l-ḥ-m berarti “daging” dalam bahasa Arab dan kata laħam
berarti “daging” dalam bahasa Malta, namun berarti “roti” dalam Hebrew dan
“sapi” dalam bahasa-bahasa Ethiopia; Sedangkan arti awalnya kemungkinan adalah
“makanan”. Kata medina berarti “kota” dalam Arab, dan “metropolis” dalam
Amharic, sedangkan Hebrew berarti “negara”.
Semua
bahasa-bahsa Shemit memiliki pola yang unik yang disebut “triliteral” yang
biasanya terdiri dari tiga konsonan, mulai dari kata benda, kata bantu, dan
kata kerja yang terbentuk dengan sisipan huruf hidup dalam bentuk prefix,
suffixes, maupun infixes.
Akar kata
ini di dalam Tigrinya dan Amharic hanya bertahan dalam kata benda kitab,
yang berarti “amulet”, dan kata kerjanya “to vaccinate”. Kata kerja di dalam bahasa
Afro-Asiatic yang lain menunjukkan pola yang lebih berbeda, dengan lebih banyak
menggunakan pola biconsonantal; contohnya dalam bahasa Kabyle afeg
berarti “terbanglah!”, sedangkan affug berarti “penerbangan”, dan yufeg
berarti “dia laki-laki telah terbang” (ini bisa dibandingkan dengan Hebrew uf,
te’ufah dan af).
Sedangkan
perkembangan huruf-huruf Shemit antara lain sebagai berikut:

Diantara
sub-kelompok bahasa Afro-Asiatic, bahasa yang dikemudian hari diperkirakan
memperanakkan bahasa Arab dan beberapa saudaranya adalah sub-kelompok Shemit.
Sub-kelompok bahasa ini dipakai kira-kira hingga 400 juta sebagai bahasa induk
dan hampir dua kali lipatnya untuk bahasa kedua diseluruh penjuru dunia.
Sedangkan
cabang bahasanya yang paling banyak dipakai pada saat ini adalah bahasa Arab
(250 juta pemakai sehari-hari, atau total 400 juta jika ditambah pemakai
sebagai bahasa kedua), diikuti oleh bahasa Amhari (30 juta pemakai
sehari-hari), Tigrinya (9 juta total pemakai), Hebrew (6 juta pemakai
sehari-hari), dan banyak bahasa lainnya. Kata-kata Shemit sendiri diambil dari
Shem nama anak Noah (dalam bahasa alkitab yahudi maupun nasrani). Shem (שֵׁם “renown; prosperity; name”, dalam Standard Hebrew
Šem, Tiberian Hebrew Šēm; Yunani Σημ, Sēm; Arab سام). Sub-kelompok bahasa Shemit merupakan yang pertama
memiliki formasi bahasa tulis, yaitu tulisan dalam bahasa Akkadian pada awal
millenium ke-3 sebelum masehi.
Seperti
telah diketahui bersama bahwa sub-kelompok Shemit merupakan anggota kelompok
bahasa Afro-Asiatic yang sub-kelompok lainnya (selain Shemit) merupakan bahasa
yang menetap di Afrika. Sedangkan Shemit atau Proto-Shemit datang dari Afrika
ke Asia, terutama Timur Tengah semenjak masa Neolitik. Namun, beberapa ilmuwan
menyatakan sebaliknya, yaitu bahasa Afro-Asiatic datang dari daerah Timur
Tengah dan sub-kelompok selain Shemit mengungsi atau membentuk cabang baru di
Afrika. Nmaun, dengan mengesampingkan itu semua, yang jelas bahasa Shemit ini
diperkirakan telah ada di Timur Tengah semenjak millenium ke-4 sebelum masehi
dan kemudian berkembang masuk ke kebudayaan Mesopotamia atau membentuk
kebudayaan Mesopotamia dengan bahasa Akkadia dan Amorit ke arah barat dan
mencapai daerah seperti Ebla di Syria sekarang.
Pada awal
millenium ke-2, bahasa-bahasa Shemit Timur mendominasi di Mesopotamia,
sedangkan bahasa-bahasa Shemit Barat menempati wilayah Syria hingga Yaman,
meskipun dikemudian hari muncul bahasa Arab kuno di sebelah selatan yang bukan
dari Shemit Barat tapi diperkirakan dari Shemit Selatan. Bahasa Akkadia pada saat
awal millenium baru itu menjadi bahasa utama dengan pemakaian tulisan paku atau
“cuneiform” yang diadaptasi dari bahasa Summeria, sedangkan bahasa Ebla punah
bersama hancurnya kota utamanya, dan Amorit hanya diketemukan penyebutannya
dalam tulisan-tulisan saja.
Perkembangan
bahasa-bahasa Shemit selanjutnya memberikan bentuk baru, yaitu penciptaan
alphabet. Bahasa Proto-Canaan yang merupakan cabang dari Shemit Barat, pada
1500 sebelum masehi menciptakan huruf, kemudian diikuti oleh Ugarit di utara
Syria kira-kira 1300 sebelum masehi, juga Arami yang berada di Syria, serta
Akkadia yang juga semakin berkembang dengan terpecah menjadi dua dialek utama,
yaitu dialek Babylonia dan dialek Assyria.
Pada abad
ke-1 sebelum masehi, pemakaian huruf semakin berkembang, memberikan gambaran
jelas kepada para ahli tidak saja mengenai Canaan, tetapi juga Arami, bahasa
Arab Selatan kuno, dan Ge`ez awal. Koloni-koloni Phunisia menyebarkan bahasa
Canaan meliputi Mediteranian, dengan Hebrew menjadi bahasa utama dalam literatur
keagamaan yaitu kitab Torah dan Tanakh. Namun, bagaimanapun juga dengan adanya
perluasaan kekuasaan bangsa Assyria, bahasa Arami menjadi bahasa utama dan
menyingkirkan bahasa Akkadia, Hebrew, Phunisia, dan beberapa bahasa lainnya
(Hebrew bertahan karena dipakai dalam literatur keagamaan). Dalam masa yang
sama di Ethiopia mulai berkembang tulisan Ge`ez yang menjadi tulisan pertama
Shemit di Ethiopia.
Memasuki
babak baru dengan lahirnya agama kristen, literatur keagamaan berganti dengan
Syriac hingga abad ke-5M. Namun, dengan adanya perkembangan islam, Arami
berubah dan bertansformasi bersama bahasa Arab kuno dan kebudayaan baru menjadi
bahasa Arab yang pada generasi-generasi islam selanjutnya menjadi bahasa utama
mulai dari Spanyol hingga Asia Tengah, Mediterania, dan juga Afrika. Dengan
keistimewaan sebagai bahasa literatur keagamaan dan dukungan dari kekhalifahan,
maka berkembanglah tulisan Arab yang mendominasi bahasa sehari-hari diberbagai
belahan dunia dan dengan berbagai jenis khat dan variannya yang terpengaruh
oleh budaya yang telah ada di setiap wilayah baru tersebut sebelumnya. Setelah
kejatuhan kerajaan Nubia di Dongola pada abad ke-14M, bahasa Arab berkembang
pesat di Mesir Selatan, beberapa waktu kemudian qabilah Bani Hassan membawanya
ke Mauritania. Bahkan bahasa ini kemudian menapai Sudan dan Chad untuk menjadi
bahasa utama penduduk setempat dengan cara damai maupun peperangan.
Sementara
itu, bahasa Shemit lainnya yang telah terpecah di Ethiopia dan Eritrea dengan
pengaruh yang mendominasi dari Chusitic, akhirnya menjadi beberapa bahasa baru,
diantaranya adalah Amhari dan Tigrinya di Ethiopia, dan Tigre di Eritrea.
Selain itu juga Gurage di selatan Ethiopia, serta Harari di kota Harar.
Bahasa-bahasa ini menggantikan beberapa bahasa yang ada sebelumnya seperti
bahasa Gafat (Shemit) dan juga Weyto (non-Shemit), serta mengganti Ge`ez dengan
jenis baru.
Pada saat
ini, bahasa Arab dipakai oleh orang Arab, Persia, sebagian besar penduduk
Mauritania hingga Oman, separuh Afrika, Asia, dan sedikit Eropa. Meskipun pada
saat ini telah terjadi banyak kemunduran dalam dunia islam yang terpecah-pecah
setelah kehancuran khilafah, namun dalam bentuk literatur keagamaan masih tetap
terjaga. Sedangkan bahasa Shemit lainnya di Timur Tengah yang masih dipakai
adalah bahasa Hebrew yang dalam bahasa lamanya disebut Hebrew (Ibri), sekarang
dengan standard modern disebut Ivrit. Beberapa etnis minoritas terutama
Assyria, tetap berusaha memakai bahasa Arami di sekitar pegunungan utara Iraq,
sedangkan Syriac dipakai oleh orang kristen ortodox iraq dalam literatur
keagamaan mereka. Benarlah pendapat yang mengatakan bahawa Shemit adalah bahasa
yang paling banyak dipakai oleh penduduk dunia. Selain itu, sub-kelompok ini
juga kaya dengan bahasa-bahasa baru dan istimewa, dipakai dalam berbagai jenis
literatur keagamaan.
Ahli-ahli
bahasa Shemit telah bertahun-tahun lamanya menganalisis berbagai data dan
naskah kuno yang telah diketemukan untuk melakukan pemetaan struktur dan
memahami perkembangannya sehingga pada akhirnya diperoleh pembagian atau
pengklasifikasian secara lebih mendetail dan jelas. Perkembangan setiap
tahunnya mengalami kemajuan yang pesat dengan semakin banyak ditemukannya
naskah kuno dan berhasil dibacanya bahasa-bahasa kuno yang menjelaskan
peradaban masa lalu. Pengklasifikasian oleh beberapa ahli Shemit yang dianggap
paling valid adalah karya Robert Hetzron pada 1976 dan dilanjutkan oleh John
Huehnergard dan Rodgers pada 1997. Klasifikasi berdasarkan kepada penelitian
yang dikembangkan oleh Robert Hetzron ini merupakan hasil analisis yang paling
banyak diterima oleh berbagai kalangan modern saat ini, meskipun tentu saja
masih ada pula pendapat lainnya.
الاســــــم
KALIMAH ISIM
KALIMAH ISIM
A.
Definisi
Kalimah Isim adalah kata yang
menunjukkan benda.
Kalimah Isim terdiri dari beberapa jenis seperti terlihat dalam tabel berikut
الا ســــــــــــــم
انســـــــان نبــــــــات حـيـــوان جــــمــــاد
Nama Manusia Nama Tumbuhan Nama Hewan Nama Benda Mati
Ibrahim ابــــر هيــم Kurmaتمـــــــر Kuda حـصـــــا نٌ Air المـــــــــــأُ
‘Aisyah عـائـشـــــــة Zaitun الزيتـــــــــون Burung طيــــــرٌ Api نــــــــارٌ
Rasul الـرســــــول Mawar وردة Gajah فيــــــــــــلٌ Bulan القمــــــــــــــر
Kalimah Isim terdiri dari beberapa jenis seperti terlihat dalam tabel berikut
الا ســــــــــــــم
انســـــــان نبــــــــات حـيـــوان جــــمــــاد
Nama Manusia Nama Tumbuhan Nama Hewan Nama Benda Mati
Ibrahim ابــــر هيــم Kurmaتمـــــــر Kuda حـصـــــا نٌ Air المـــــــــــأُ
‘Aisyah عـائـشـــــــة Zaitun الزيتـــــــــون Burung طيــــــرٌ Api نــــــــارٌ
Rasul الـرســــــول Mawar وردة Gajah فيــــــــــــلٌ Bulan القمــــــــــــــر
مكــــــــان زمـــــــــان صـفـــــــةٌ
مصـــــد ر
Nama Tempat Keterangan Waktu Keterangan Sifat KK yg dibendakan
Jakarta جـاكـــرتــــا Hariاليَــــــــوْمُ Indah جَمِيْــــــــــــــلٌ Pembuka فَتْـــــــــــحٌ
Madinah مـديْـنـــــــــة Mingguالاسبُــــــــوْعُ Besarكَبِيْـــــــــــــــــرٌ Pujianحـمـــــد
Mekahمــكـــــــة Bulan الشــــــــهر Luasواســـــــــــــع
Nama Tempat Keterangan Waktu Keterangan Sifat KK yg dibendakan
Jakarta جـاكـــرتــــا Hariاليَــــــــوْمُ Indah جَمِيْــــــــــــــلٌ Pembuka فَتْـــــــــــحٌ
Madinah مـديْـنـــــــــة Mingguالاسبُــــــــوْعُ Besarكَبِيْـــــــــــــــــرٌ Pujianحـمـــــد
Mekahمــكـــــــة Bulan الشــــــــهر Luasواســـــــــــــع
B.
Klasifikasi
Kalimah Isim (kata Benda)
أقســــــــام الاســــــم
Klasifikasi Kata Benda
Klasifikasi Kata Benda
1. Berdasarkan
Jenisnya, kalimah Isim terdiri dari Isim Mudzakar (Maskulin) dan Isim Muannats
(Feminin)
2. Berdasarkan
Jumlah, kalimah Isim terdiri dari Isim Mufrad (Singular), Isim
Mutsanna/Tastniyah (Dual), dan Isim Jama’ (Plural). Isim Jama’ dibagi lagi
menjadi Isim Jama’ Mudzakar Salim, Jama’ Muannats Salim, dan Jamak Taksir.
3. Berdasarkan
Keadaannya, kalimah Isim terdiri dari Isim Dzahir dan Isim Dhomir
4. Berdasarkan
tertentu tidaknya, kalimah Isim terdiri dari Isim Nakirah dan Isim Ma’rifat
C. Menurut penunjukannya, Isim dapat dibagi
dua:
- ISIM NAKIRAH atau kata benda sebarang atau tak dikenal (tak tentu).
- ISIM MA’RIFAH atau kata benda dikenal (tertentu).
Isim Nakirah
merupakan bentuk asal dari setiap Isim, biasanya ditandai dengan huruf akhirnya
yang bertanwin ( ً ٍ ٌ ). Sedangkan Isim Ma’rifah biasanya ditandai dengan
huruf Alif-Lam ( ال ) di awalnya.
Contoh Isim
Nakirah:
·
بَيْتٌ (= sebuah rumah)
·
وَلَدٌ (= seorang anak)
Contoh Isim
Ma’rifah:
·
اَلْبَيْتُ (= rumah itu)
·
اَلْوَلَدُ (= anak itu)
Coba
bandingkan dan perhatikan perbedaan makna dan fungsi antara Isim Nakirah dan
Isim Ma’rifah dalam dua buah kalimat di bawah ini:
ذَلِكَ بَيْتٌ. اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ.
|
= Itu
sebuah rumah. Rumah itu baru.
|
جَاءَ وَلَدٌ. اَلْوَلَدُ مُؤَدِّبٌ.
|
= Datang
seorang anak. Anak itu sopan.
|
Selain Isim
yang berawalan Alif-Lam, yang juga termasuk Isim Ma’rifah adalah:
1.
ISIM ‘ALAM (Nama). Semua Isim ‘Alam termasuk Isim
Ma’rifah, meskipun diantara Isim ‘Alam tersebut ada yang huruf akhirnya
bertanwin.
Contoh: أَحْمَدُ (= Ahmad), عَلِيٌّ (= Ali), مَكَّةُ (= Makkah)
2.
ISIM DHAMIR (Kata Ganti). Yaitu kata yang mewakili
atau menggantikan penyebutan sesuatu atau seseorang atau sekelompok
benda/orang.
Contoh: أَنَا (= aku,
saya), نَحْنُ (= kami,
kita), هُوَ (= ia, dia)
D.
Kata
Benda ditinjau dari Jenisnya
1. Mudzakkar
مَذَكَر
Adalah kata benda yang menunjukkan
laki-laki (maskulin) baik manusia, binatang, benda-benda mati yang masuk dalam
kategori mudzakar,
Contoh
مُحَـدٌ Muhammad مَكْتَبٌ Meja Tulis
حِصَــانٌ Kuda اَلْمَسْجِدُ Masjid
قَلَـــمٌ Pena اًلْمِصْبَـاحُ Lampu
Contoh
مُحَـدٌ Muhammad مَكْتَبٌ Meja Tulis
حِصَــانٌ Kuda اَلْمَسْجِدُ Masjid
قَلَـــمٌ Pena اًلْمِصْبَـاحُ Lampu
2. Muannats
مُؤَنَّثْ
Adalah kata benda yang menunjukkan
makna perempuan (feminine) baik manusia, binatang, benda-benda mati yang masuk
dalam kategori mu’annats
Contoh:
عائشةُ Aisyah
الدُّجِاجَةُ Ayam betina
الشَّمْشُ Matahari
Contoh:
عائشةُ Aisyah
الدُّجِاجَةُ Ayam betina
الشَّمْشُ Matahari
E. Cara membedakan kata benda mudzakar dan
mu’annats
1.
Ciri hakiki, yaitu dengan melihat jenis kelamin
(manusia, binatang). Contoh:
مــــــــُؤَنَّــثــــــــــــــــــ
مـــــَذَكــــــــــــَر
الْمَرْئَةُ Seorang wanita مُحَـــــدٌ Muhammad
فَاطِمَةُ Fatimah الــرَّ جُــلُ Seorang laki-laki
الدُّجِاجَةُ Ayam betina اَلدِّيْــــكُ Ayam jantan
الْمَرْئَةُ Seorang wanita مُحَـــــدٌ Muhammad
فَاطِمَةُ Fatimah الــرَّ جُــلُ Seorang laki-laki
الدُّجِاجَةُ Ayam betina اَلدِّيْــــكُ Ayam jantan
2. Ciri
Majazi, yaitu dengan mengelompokkan bahasa. Untuk Mu’annats biasanya ditandai dengan
beberapa hal berikut ini :
a. Diakhiri
dengan huruf ta’ marbuthoh (ة ), contoh:
فَاطِمَةُ Fatimah الدُّجِاجَةُ Ayam
betina
عائشةُ ‘Aisyah الْمَرْئَةُ Seorang wanita
رُقَيَةُ Ruqayah الدَّرَجَةُ Sepeda
خَدِيْجَــةُ Khadijah مَدْرَسَةٌ sekolahan
عائشةُ ‘Aisyah الْمَرْئَةُ Seorang wanita
رُقَيَةُ Ruqayah الدَّرَجَةُ Sepeda
خَدِيْجَــةُ Khadijah مَدْرَسَةٌ sekolahan
b. Berpasang-pasangan
Neraka اَلنَّـــارُ Pasangannya
الْجَـــــنَّةُ Surga
Langit السَّمَــأُ pasangannya اَلاَرْضُ bumi
Tangan يَـــٌد
Mata عَيــنٌ
Langit السَّمَــأُ pasangannya اَلاَرْضُ bumi
Tangan يَـــٌد
Mata عَيــنٌ
c. Jama’
taksir (tak beraturan) benda yang tidak berakal contoh
اَقْـــلاَمٌ Pena-pena Bentuk
tunggalnya قَلَمٌ Pena
كُتُبـــــٌ Buku-buku Bentuk tunggalnya كِتَابٌ buku
بُيًـــــوْتٌ Rumah-rumah Bentuk tunggalnya بَيْتٌ rumah
كُتُبـــــٌ Buku-buku Bentuk tunggalnya كِتَابٌ buku
بُيًـــــوْتٌ Rumah-rumah Bentuk tunggalnya بَيْتٌ rumah
d. Berakhir
dengan alif maqshurah (ى )
سَــــلوَى Buah salwa فَتْـــوَى fatwa
سَــــلمى Salma عًــطْشَى Yang haus
حَــــلْوى Manisan كُبْـــرَى Yang besar
مَــــنَّى Buah manna عُلْـــيَى Yang tinggi
سَــــلمى Salma عًــطْشَى Yang haus
حَــــلْوى Manisan كُبْـــرَى Yang besar
مَــــنَّى Buah manna عُلْـــيَى Yang tinggi
e. Berakhir
dengan alif mamdudah (اء)
اَسْمـــــأُ Asma حَمْــرِاءً Yang
merah
سَمْــــرَأ Pirang صَخْــرَاءُ Batu besar
عشُــــرَاءُ Asyura عَـرْجــاَءُ Pincang
سَمْــــرَأ Pirang صَخْــرَاءُ Batu besar
عشُــــرَاءُ Asyura عَـرْجــاَءُ Pincang
Catatan: Ada beberapa isim mudzakkar
yang menggunakan ta’ marbuthoh. Contoh
مُعَـــــاوِية Muawiyah حَمْـــــزَة Hamzah
طَلْــــحة Thalhah مُسَيْلَــــمة Musailamah
مُعَـــــاوِية Muawiyah حَمْـــــزَة Hamzah
طَلْــــحة Thalhah مُسَيْلَــــمة Musailamah
Nabi-nabi dan para orang suci
dibangkitkan Allah s.w.t. agar manusia bisa mencontoh perilaku akhlak mereka
serta membimbing manusia bersiteguh di jalan yang benar sejalan dengan petunjuk
Tuhan. Jelas bahwa mereka selalu memperlihatkan sifat-sifat akhlak yang mulia
pada saatnya yang tepat sehingga bisa dicapai tingkat efektivitas yang terbaik.
Sebagai contoh, sifat memaafkan adalah suatu hal yang patut dipuji ketika ia
yang teraniaya lalu memiliki kekuatan untuk membalas dendam namun tidak
dilakukannya. Kesalehan adalah sifat yang baik kalau dilaksanakan ketika
seseorang memiliki segalanya untuk memuaskan dirinya.
Rencana Tuhan berkaitan dengan para
Nabi dan orang-orang suci adalah agar mereka itu memperlihatkan dan menegakkan
semua bentuk dari sifat-sifat akhlak yang mulia. Guna memenuhi rencana demikian
maka Allah s.w.t. membagi kehidupan mereka dalam dua bagian. Bagian pertama
kehidupan mereka dilalui dalam kesengsaraan dan berbagai penderitaan dimana
mereka itu disiksa dan dianiaya, dimana melalui tahapan ini mereka akan
memperlihatkan akhlak luhur yang hanya bisa dikemukakan pada saat keadaan
sedang sulit. Bila mereka ini tidak diharuskan menjalani kesulitan yang besar
maka sukar untuk menegaskan bahwa mereka benar-benar tetap setia kepada
Tuhan-nya dalam segala kesulitan serta tetap bersiteguh maju terus dalam
upayanya. Mereka bersyukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa bahwa mereka telah
dipilih-Nya sebagai sosok yang patut teraniaya di jalan Allah.
Tuhan yang Maha Agung mendera mereka
dengan segala cobaan agar terlihat jelas bagaimana manifestasi keteguhan hati
dan kesetiaan mereka kepada Tuhan mereka. Dalam hal ini sebagaimana dalam
peribahasa, nyata bahwa keteguhan hati itu lebih tinggi nilainya daripada
mukjizat. Keteguhan hati yang sempurna tidak akan terlihat jika tidak ada
kesulitan besar yang dihadapi dan hanya bisa dihargai jika orang tahu bahwa
yang bersangkutan memang telah mengalami goncangan yang dahsyat. Semua musibah
tersebut merupakan berkat ruhani bagi para Nabi dan orang-orang suci karena
melalui hal itulah sifat-sifat mulia mereka yang tidak ada tandingannya menjadi
nyata dan derajat mereka akan ditinggikan di akhirat.
Bila mereka tidak ada mengalami
cobaan yang berat maka mereka tidak akan memperoleh berkat-berkat tersebut,
tidak juga sifat mulia mereka menjadi tampak kepada umat manusia. Keteguhan
hati, kesetiaan dan keberanian mereka tidak akan diakui secara universal.
Mereka itu menjadi tiada tara dan tanpa tandingan serta demikian berani dan
sempurna sehingga masing-masing dari mereka itu sepadan dengan seribu singa
yang berada dalam satu tubuh atau seribu harimau dalam satu kerangka. Dengan
cara demikian itulah kekuatan dan kekuasaan mereka menjadi suatu yang
diagungkan dalam pandangan manusia dan mereka mencapai tingkatan tinggi dalam
kedekatan kepada Allah s.w.t.
Bagian kedua dari kehidupan para
Nabi dan orang-orang suci adalah saat kemenangan, derajat mulia dan kekayaan
dilimpahkan kepada mereka dimana pada saat itu pun mereka akan memperlihatkan
akhlak mulia mereka yang memang efektif pada saat mereka menggenggam
kemenangan, kekayaan dan kekuasaan. Mengampuni mereka yang tadinya menyiksa,
bersabar hati terhadap para penganiaya, mencintai musuh, tidak mencintai
kekayaan atau bangga terhadapnya, membuka gerbang berkat dan kemurahan hati,
tidak menjadikan kekayaan sebagai sarana pemuas diri, tidak menjadikan
kekuasaan sebagai alat penindasan, semuanya itu merupakan sifat-sifat mulia
dengan persyaratan bahwa yang bersangkutan memang sedang memiliki kekuasaan dan
kekayaan. Para Nabi dan orang-orang suci itu malah akan memperlihatkan semua
sifat mulia itu saat mereka telah memiliki kekuasaan dan kekayaan.
Kedua bentuk sifat-sifat akhlak
mulia tersebut tidak mungkin dimanifestasi¬kan tanpa melalui tahapan kesulitan
dan cobaan serta tahapan kekuasaan dan kemakmuran. Kebijaksanaan yang sempurna
dari Allah s.w.t. mengharuskan bahwa para Nabi dan orang-orang suci diberikan
kedua bentuk kesempatan tersebut yang sebenarnya merupakan realisasi ribuan
berkat. Hanya saja urut-urutan dari kondisi demikian tidak akan sama bagi
setiap orang. Kebijakan Ilahi menentukan bahwa beberapa orang akan mengalami
periode kedamaian dan kenyamanan mendahului periode kesulitan, sedangkan pada
yang lainnya dimulai dengan periode kesulitan sebelum datangnya pertolongan
Tuhan. Dalam beberapa kejadian, kondisi demikian tidak terlalu jelas perbedaannya
sedangkan pada yang lainnya dimanifestasikan secara sempurna.
Berkaitan dengan hal ini yang paling
menonjol adalah Hadzrat Rasulullah s.a.w. karena kedua kondisi itu dikenakan
secara sempurna atas wujud beliau sedemikian rupa sehingga sifat akhlak beliau
menjadi bersinar cemerlang laiknya matahari, dan semua itu tercermin dalam
ayat:
“Sesungguhnya engkau benar-benar memiliki akhlak
luhur”. (S.68 Al-Qalam:5).
Jika dinilai bahwa Hadzrat
Rasulullah s.a.w. adalah sempurna di dalam kedua bentuk sifat akhlak melalui
pembuktian di atas, maka melalui itu dibuktikan juga keluhuran akhlak para
Nabi-nabi lainnya dan dengan demikian telah meneguhkan Kenabian mereka,
kitab-kitab yang mereka bawa serta kenyataan bahwa mereka semua adalah kekasih
Allah s.w.t. Pendapat ini memupus keberatan sebagian orang akan akhlak Nabi Isa
a.s. yang dianggap tidak cukup sempurna menghadapi kedua kondisi tersebut.
Memang benar bahwa Nabi Isa a.s. menunjukkan keteguhan hati dalam keadaan
kesulitan, hanya saja bentuk kesempurnaan akhlak tersebut baru akan terlihat
sempurna jika saja pada saat itu Nabi Isa memperoleh kekuasaan dan keunggulan
di atas para penganiaya beliau dan beliau kemudian mengampuni mereka dari lubuk
hati yang paling dalam sebagaimana halnya perlakuan Hadzrat Rasulullah s.a.w.
terhadap penduduk Mekah saat kota itu takluk kepada umat Islam. Penduduk kota
Mekah memperoleh pengampunan penuh kecuali beberapa orang yang ditetapkan Tuhan
harus menjalani hukuman karena kejahatan mereka yang luar biasa.
Hadzrat Rasulullah s.a.w. setelah
mencapai kemenangan malah mengumumkan:
“Tidak akan ada yang menyalahkan kalian pada hari ini.”.
“Tidak akan ada yang menyalahkan kalian pada hari ini.”.
Karena adanya pengampunan demikian
yang semula dianggap mustahil dalam pandangan para musuh beliau, dimana tadinya
mereka merasa patut dihukum mati atas segala kejahatan mereka, maka beribu-ribu
orang lalu baiat ke dalam agama Islam dalam jangka waktu bilangan jam saja.
Keteguhan hati Hadzrat Rasulullah
s.a.w. yang diperlihatkan dalam jangka waktu panjang di bawah penganiayaan
mereka, di mata mereka menjadi cemerlang bercahaya seperti matahari. Sudah
menjadi fitrat manusia bahwa keagungan dari keteguhan hati seseorang menjadi
nyata saat yang bersangkutan mengampuni para penganiayanya ketika ia kemudian
memperoleh kekuasaan di atas mereka. Karena itulah sifat luhur akhlak Nabi Isa
a.s. di bidang keteguhan, kelemah-lembutan dan daya tahan tidak terlihat
sepenuhnya dimana tidak jelas apakah keteguhan sikapnya itu karena pilihan
sendiri atau memang karena terpaksa. Nabi Isa a.s. tidak sempat memperoleh kekuasaan
di atas para penganiaya beliau sehingga tidak bisa dibuktikan apakah beliau
memang kemudian akan mengampuni para musuhnya atau memilih mengambil pembalasan
dendam atas diri mereka itu.
Berbeda dengan keadaan Nabi Isa
a.s., sifat mulia dari Hadzrat Rasulullah s.a.w. telah diperlihatkan dalam
ratusan kejadian dan kenyataannya bersinar terang seperti sang surya.
Sifat-sifat seperti murah hati, welas asih, pengurbanan, keberanian, kesalehan,
kepuasan hati atas apa yang ada serta menarik diri dari duniawi, semuanya itu
jelas sekali pada sosok Nabi Suci s.a.w. dibanding dengan Nabi-nabi lainnya.
Allah yang Maha Kaya menganugerahkan harta benda yang amat banyak kepada
Hadzrat Rasulullah s.a.w. dan beliau membelanjakan nya semua di jalan Allah dan
tidak ada sekeping mata uang pun yang digunakan untuk kepuasan diri sendiri.
Beliau tidak ada mendirikan bangunan megah atau istana untuk diri sendiri dan
tetap saja hidup di sebuah gubuk tanah liat yang tidak berbeda dengan rumah
kediaman umat yang paling miskin. Beliau berlaku welas asih terhadap mereka
yang tadinya menganiaya beliau serta menolong mereka dengan daya sarana milik
beliau sendiri. Beliau tinggal di sebuah gubuk tanah liat, tidur di lantai
serta makan dari roti gandum yang kasar atau puasa jika tidak ada apa-apa.
Beliau dikaruniai kekayaan dunia dalam jumlah amat besar tetapi beliau tidak
mau mengotori tangan beliau dengan harta itu dan tetap memilih hidup miskin
daripada kemewahan serta kelemah-lembutan daripada kekuasaan. Dari sejak hari
pertama beliau diutus sampai dengan saat beliau kembali kepada Tuhan beliau di
langit, beliau tidak pernah menganggap penting apa pun selain Allah s.w.t.
Beliau memberikan bukti keberanian, kesetiaan dan keteguhan hati di medan
perang menghadapi ribuan musuh dimana maut mengintai selalu, semata-mata hanya
karena Allah. Singkat kata, Allah yang Maha Agung memanifestasikan sifat-sifat
mulia beliau seperti welas asih, kesalehan, kepuasan atas apa yang ada,
keberanian dan segala hal yang berkaitan dengan kecintaan kepada Allah s.w.t.
yang padanannya belum pernah ada pada masa sebelum beliau dan tidak akan pernah
ada lagi setelah beliau.
Berkaitan dengan Nabi Isa a.s.,
sifat akhlak mulia tersebut tidak jelas dimanifestasikan karena hal seperti itu
baru akan nyata jika seseorang kemudian memperoleh kekayaan dan kekuasaan, dan
hal itu tidak ada terjadi pada diri Nabi Isa a.s. Pada keadaan beliau ini,
kedua bentuk sifat akhlak tersebut tetap tinggal tersembunyi karena kondisi
untuk manifestasinya tidak ada. Namun keberatan yang dianggap sebagai
kekurangan pada diri nabi Isa a.s. tersebut telah ditimbali dengan contoh
sempurna dari Hadzrat Rasulullah s.a.w. karena contoh yang dikemukakan Nabi
Suci s.a.w. telah menyempurna¬kan dan melengkapi kekurangan pada Nabi-nabi lain
sehingga apa yang semula meragukan sekarang telah jadi jelas. Wahyu dan
Kenabian berakhir di sosok yang mulia ini karena semua keluhuran telah mencapai
puncaknya dalam diri beliau. Semua ini merupakan rahmat Allah s.w.t. yang
dikaruniakan kepada siapa yang dipilih-Nya. (Barahin Ahmadiyah, sekarang
dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 276-292, London, 1984).
Allah yang Maha Agung telah membagi
kehidupan Nabi kita Hadzrat Rasulullah s.a.w. dalam dua bagian, yaitu bagian
pertama yang merupakan periode kegetiran, kesulitan dan penderitaan, sedangkan
bagian berikutnya adalah ketika tiba masa kemenangan. Selama masa penderitaan
akan muncul sifat-sifat akhlak beliau yang sesuai dengan masa tersebut,
sedangkan pada waktu tiba masa kejayaan dan kekuasaan, maka muncul akhlak mulia
beliau yang tidak akan jelas nyata jika tidak dilambari latar belakang
kedigjayaan. Dengan demikian kedua bentuk sifat akhlak mulia beliau menjadi
nyata karena melalui kedua periode masa seperti itu.
Dengan membaca sejarah tentang masa
kesulitan beliau di Mekah yang berlangsung selama tigabelas tahun, kita bisa
melihat secara nyata bagaimana beliau memperlihatkan akhlak seorang muttaqi
yang sempurna di dalam masa kesulitan yaitu meletakkan kepercayaan sepenuhnya
kepada Allah s.w.t. tanpa mengeluh sama sekali, tidak mengendurkan pelaksanaan
tugas beliau, tidak takut kepada siapa pun, semuanya itu dilakukan sedemikian
rupa sehingga para orang kafir pun menjadi beriman karena menyaksikan keteguhan
hati yang demikian rupa dan menyadari bahwa jika seseorang tidak memiliki
keimanan yang demikian kuat, mustahil yang bersangkutan akan dapat menanggung
penderitaan tersebut dengan keteguhan hati.
Ketika tiba masa kemenangan,
kekuasaan dan kemakmuran, lalu muncul sifat akhlak mulia Hadzrat Rasulullah
s.a.w. yang lain yang berbentuk pengampunan, kemurahan hati dan keberanian yang
diperlihatkan sedemikian sempurna sehingga sejumlah besar orang kafir lalu
beriman kepada beliau. Beliau memaafkan mereka yang telah menganiaya beliau dan
memberikan keamanan kepada mereka yang telah mengusir beliau dari Mekah serta
menolong mereka yang membutuhkan bantuan. Justru setelah menggenggam tampuk
kekuasaan di atas para musuh, beliau malah mengampuni mereka. Banyak orang yang
menyaksikan akhlak mulia beliau menyatakan bahwa hanya orang yang muttaqi dan
datang sebagai utusan Tuhan saja yang mungkin bisa memiliki akhlak demikian.
Itulah sebabnya sisa-sisa rasa permusuhan para lawan beliau langsung
menghilang. Akhlak mulia beliau juga dinyatakan oleh Kitab Suci Al-Qur’an dalam
ayat:
“Katakanlah: "Sesungguhnya
sembahyangku dan pengorbananku dan kehidupanku serta kematianku adalah
semata-mata untuk Allah, Tuhan semesta alam"“. (S.6 Al-Anaam:163).
Berarti seluruh hidup beliau telah
diikrarkan bagi manifestasi keagungan Tuhan serta memberikan kenyamanan kepada
para makhluk-Nya agar melalui kewafatan beliau mereka semua itu akan memperoleh
kehidupan. (Islami Usulki Philosophy, Ruhani
Khazain, vol. 10, hal. 447-448, London, 1984).
Yang tertinggi dari segala
kehormatan adalah kehormatan dari Hadzrat Rasululah s.a.w. yang telah
mempengaruhi keseluruhan dunia Islam. Kehormatan beliau telah menghidupkan
kembali dunia ini. Di tanah Arab pada masa beliau, perzinahan, permabukan dan
perkelahian menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Hak azasi manusia sama sekali
terabaikan. Tidak ada rasa welas asih sama sekali terhadap sesama umat manusia.
Bahkan hak dari Allah s.w.t. juga telah diingkari orang sama sekali. Bebatuan,
pepohonan dan bintang-bintang diimbuhi dengan sifat-sifat samawi. Berbagai
bentuk syirik berkembang luas di masyarakat. Tidak hanya wujud manusia, bahkan
alat kelaminnya (genitalia) pun juga disembah. Seseorang yang berpikiran waras
jika melihat keadaan demikian walaupun hanya sesaat, ia akan menyimpulkan
adanya kegelapan, kefasikan dan penindasan sedang merajalela. Kelumpuhan
biasanya menyerang satu sisi, tetapi ini adalah kelumpuhan yang menghantam
kedua sisi (jiwa dan raga). Seluruh dunia terkesan sudah membusuk. Tidak ada
kedamaian sama sekali baik di muka bumi atau pun di lautan.
Hadzrat Rasulullah s.a.w. muncul
dalam abad kegelapan dan kehancuran demikian dan beliau kemudian memperbaiki
secara sempurna kedua sisi perimbangan dan menegakkan kembali hak-hak Tuhan
serta hak-hak manusia di posisinya yang tepat. Kekuatan moril dari Hadzrat
Rasulullah s.a.w. dengan demikian bisa diukur dengan melihat kondisi masa
tersebut. Penganiayaan yang ditimpakan kepada beliau dan para pengikut beliau
serta perlakuan beliau terhadap para musuh ketika beliau telah memperoleh
kemenangan atas mereka telah menunjukkan betapa luhurnya derajat beliau.
Tidak ada jenis siksaan lain yang
belum pernah ditimpakan oleh Abu Jahal dan kawan-kawannya terhadap Nabi Suci
s.a.w. dan para sahabat beliau. Wanita-wanita Muslim disiksa dengan cara
mengikat kaki mereka masing-masing kepada dua unta yang dihalau ke arah
berlawanan sehingga tubuh mereka terbelah dua, padahal kesalahan mereka hanya
karena beriman kepada Ke-Esaan Tuhan dan menyatakan:
Beliau memikul semua penderitaan dengan keteguhan hati, tetapi pada waktu Mekah ditaklukkan, beliau malah mengampuni para musuh tersebut dan menenteramkan mereka dengan ucapan: “Tidak akan ada yang menyalahkan kalian pada hari ini.”. Semua itu merupakan kesempurnaan akhlak mulia beliau yang tidak ditemukan pada Nabi lainnya. Ya Allah turunkanlah salam dan rahmat-Mu atas beliau dan umat beliau. (Malfuzat, vol. II, hal. 79-80).
Beliau memikul semua penderitaan dengan keteguhan hati, tetapi pada waktu Mekah ditaklukkan, beliau malah mengampuni para musuh tersebut dan menenteramkan mereka dengan ucapan: “Tidak akan ada yang menyalahkan kalian pada hari ini.”. Semua itu merupakan kesempurnaan akhlak mulia beliau yang tidak ditemukan pada Nabi lainnya. Ya Allah turunkanlah salam dan rahmat-Mu atas beliau dan umat beliau. (Malfuzat, vol. II, hal. 79-80).
Nabi
Muhammad saw tak
pelak lagi adalah contoh teladan sempurna, tidak saja bagi masyarakat, keluarga
bahka diri beliau sendiri. Karena kedamaian dengan Tuhan tidak akan tercapai
jika kita belum bisa berdamai secara masyarakat dan berdamai dengan diri
sendiri.
Terhadap keluarga khususnya
istri-istri beliau, beliau menampak contoh teladan yang baik sekali kepada
kita, misalnya dalam hal perlakuan kasih sayang terhadap istri, tidak
memperlakukan kasar terhadap istri beliau.
Tertera dalam suatu riwayat bahwa
takala saat di rumah, istri beliau Aisyah r.a. tengah berbicara agak sedikit
cepat-cepat kepada Rasulullah saw, tiba-tiba dari arah atas ayah beliau (Abu
Bakar r.a.) datang. Mendengar ini beliau tidak dapat mengendalikan emosi beliau
dan beliau maju ke depan untuk memukul putri beliau bahwa, “Engkau ini
berbicara seperti itu di hadapan Rasul Allah?”
Rasulullah saw bergitu
melihat hal itu langsung menjadi penghalang diantra ayah dan puterinya dan
menyelamatkan siti Aisyah dari hukuman yang diperkirakan akan menimpa. Takala
Abu Bakar teaah pergi maka Rasulullah saw sambil bercanda kepada siti Aisyah
r.a. , “Lihat, hari ini bagaimana saya telah menyelamatkan engkau dari kemarahan
ayah engkau?”
Jadi perhatikanlah betapa tingginya
teladan ini yang tidak hanya dengan diam beliau berupaya menuntaskan masalah,
bahkan kepada Abu bakar r.a. yang merupakan ayah siti Aisyah r.a. Kepadanya pun
beliau mengatakan “janganlah mengatakan sesuatu kepada Aisyah, dan kemudian
dengan segera beliau bercanda pada Aisyah r.a dan dengan cara itu sungguh
beliau telah mencairkan suasana yang sedang tegang.
Kemudian terdapat suatu riwayat
bahwa beberapa hari kemudian Abu Bakar r.a. Datang untuk kedua kalinya maka
Aisyah tengah bercanda dengan senang hati dengan Rasulullah saw. Abu Bakar r.a.
Berkata: “Lihatlah, kemarin kalian telah mengikutsertakan saya dalam
pertengkaran kini ikut-sertakanlah juga saya dalam suka cita kalian” (Abu Daud,
itabul adab bab Majaa fil mazaah).
Rasulullah saw benar-benar bersabar
terhadap kemanjaan siti Aisyah r.a. Pada suatu ketika beliau bersabda kepada
beliau bahwa, “Aisyah, saya mengenal betul akan kemarahanmu dan kegembiraanmu”.
Bagaimana bisa? Bersabda beliau, “Apabila engkau senang kepada saya dalam
ucapanmu engkau bersumpah dengan menyebut demi Tuhannya Muhammad, tetapi
tatkala marah maka engkau berbicara dengan menyebut Tuhannya Ibrahim.” Aisyah
r.a. Berkata: “Ya Rasulullah, memang itu benar, tetapi sudahlah saya hanya meninggalkan
nama engkau di bibir saja (tetapi dari hati kecintaan kepada engkau tidak dapat
hilang)”
0 komentar:
Posting Komentar